Cari Blog Ini

27 Feb 2012

Tiga Kata Ajaib


Seorang dosen beragama Kristen di kampus saya pernah memberikan wejangan kepada kami, para mahasiswanya, sebelum memberikan mata kuliah. Beliau mengatakan, bahwa ada tiga kata ajaib yang harus diingat oleh setiap kami sebagai bagian dari kelompok masyarakat, yakni tolong, maaf, dan terima kasih. Menurutnya, meskipun pendek, ketiga kata itu sangatlah bermanfaat saat kami menjalin relasi dengan orang lain.

Salah satu nasihat yang diberikan oleh Paulus untuk jemaat di Efesus adalah agar mereka memerhatikan dengan seksama perkataan yang mereka ucapkan. “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia” (Efesus 4:29).

Membiasakan diri untuk mengucapkan kata ‘tolong’, ‘maaf’, dan ‘terima kasih’ merupakan bagian dari perkataan baik yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus. Selain dapat membangun diri setiap orang yang mendengarnya, kata-kata tersebut dengan ajaib dapat menambah jumlah sahabat, mempererat hubungan dalam keluarga, meningkatkan rasa hormat, bahkan dapat menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Maukah Anda mengalami keajaiban dari perkataan baik yang Anda ucapkan? Jika iya, mulailah hari ini memakai tiga kata tersebut ketika Anda bertemu dengan orang-orang di sekitar Anda. Lihatlah ketika Anda melakukannya, keajaiban demi keajaiban akan Anda alami. Percayalah !

"Hidup Anda adalah buah dari perkataan Anda"

“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
(Efesus 4:29

23 Feb 2012

Memeriksa Diri Sendiri

 
Adgelan politik sudah terlalu sering dipertontonkan di televisi. Kita bisa melihat orang-orang yang begitu mudah menyudutkan orang lain seolah-olah mereka sangat bersih. Menuduh orang lain memang sungguh mudah. Menunjuk orang lain dengan tudingan dan prasangka macam-macam itu gampang. Namun saya kira Tuhan tidak sembarangan mendesain bentuk jari. Coba perhatikan ketika kita menunjuk orang lain, tidakkah ada 3 jari lain yang justru mengarah kepada diri kita sendiri? Menilai keburukan orang lain tidaklah sulit. Yang sulit justru menilai diri sendiri. Ketika kita menilai keburukan orang lain, sudahkah kita memeriksa diri kita sendiri?
Mari kita lihat apa yang dianjurkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus berkata seperti ini: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13 : 5).
Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita seharusnya lebih memprioritaskan untuk menyelidiki diri kita sendiri terlebih dahulu ketimbang menilai orang lain. Dalam kondisi fisik kita saja seharusnya begitu. Bayangkan bagaimana rawannya kelangsungan hidup kita jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita silih berganti masuk menghancurkan diri kita. 
Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak disaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita.
Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri, itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. 
Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, kita akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap keselamatan dirinya sendiri, terlebih orang yang suka menilai kelemahan atau keburukan orang lain.
 "Ujilah  dirimu sendiri apakah kamu tetap tegak di dalam iman.selidiki dirimu......."
(2 korintus 13:5)